Banyak orang kurang mengenal Santo Yosef karena amat sedikit tulisan tentang dia. Dalam Injil kita kesulitan mendapatkan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Santo Yosef jarang mendapatkan perhatian. Dialah seorang “tokoh besar tanpa suara” dari Perjanjian Baru. Namun di balik semua itu terdapat misteri besar atas segala yang dilakukan Santo besar ini sepanjang hidupnya.
a. Percaya Pada Kasih Allah
Matius menyebut Yosef sebagai “seorang yang tulus hati.” Ini tampak dalam sikap dan pergumulannya bersama Maria dan Yesus. Kita kekurangan ungkapan yang secara lebih baik menggambarkan bahwa ia hidup seturut ketentuan Allah, dengan melakukan segala perintah-Nya. Santo Yosef juga berhadapan dengan penyakit zaman yang menggerogoti masyarakat pada waktu itu, yakni egoisme, iri hati, dengki, materialisme dan gila jabatan. Hal ini tampak dalam perjuangannya di seputar kelahiran Yesus.
Penyakit-penyakit itulah yang selalu melingkupi Santo Yosef dan keluarganya. Berhadapan dengan semua ancaman itu, ia tetap percaya dan berpasrah pada kehendak Allah. Ia percaya akan setiap penampakan yang selalu datang dalam mimpi, merupakan satu bentuk Kasih Allah atas dirinya dan keluarganya. Kepercayaan akan Kasih Allah inilah yang senantiasa menuntunnya keluar dari berbagai marabahaya.
Keyakinan akan Kasih Allah itu pula kiranya menjadi spiritualitas dasar bagi umat paroki Santo Yosef Mejasem. Spiritualitas itulah yang hendaknya senantiasa melandasi setiap gerak langkah umat pada umumnya dan Dewan Pastoral Paroki pada khususnya. Ada keyakinan bahwa umat katolik Mejasem tidak berjuang sendirian, tapi selalu percaya akan campur tangan Allah. Sehingga dalam sukses tidak menjadikan sombong dan dalam kegagalan tidak cepat putus asa.
b. Setia Pada Tugas Perutusan
Santo Yosef setia menunaikan tugas kewajibannya. Dalam kesahajaan, ia menghidupi keluarga sebagai tukang kayu. Ia dengan setia dan tanpa ragu mentaati perintah Tuhan: mengambil Maria apa adanya sebagai istri, membawa keluarganya ke Mesir agar aman dari niat jahat Raja Herodes; sekembalinya dari pengungsian harus menyingkir ke Nazaret; membawa Puteranya ke Bait Allah untuk disunatkan dan dipersembahkan kepada Allah; dan menempuh perjalanan ke Yerusalem untuk ritus Paskah dan mencari Yesus yang hilang di Bait Allah.
Santo Yosef menerima panggilan – sebagai suami Maria dan ayah Yesus – dengan setia. Ia telah mempertaruhkan semuanya untuk yang terbaik bagi keluarganya. Meskipun ia bukanlah ayah Yesus secara fisik, namun di luar itu ia adalah seorang ayah dalam arti sepenuhnya. Sebagai seorang Yahudi yang baik, ia bertanggung-jawab atas pendidikan religius Putranya, termasuk mengajari-Nya membaca Kitab Suci. Santo Yosef pastilah seorang teladan yang baik hati dan gagah bagi Yesus. Kehormatan bagi Santo Yosef bahwa Allah Bapa telah mempercayakan PutraNya ke dalam pemeliharaannya.
Umat katolik Mejasem ingin meneladan Santo Yosef dalam tugas perutusan masing-masing. Semoga umat menyadari sepenuhnya tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan yakni mengusahakan semakin tegaknya Kerajaan Allah di dalam keluarga, wilayah, paroki dan masyarakat. Perjuangan kami yang berlindung pada Santo Yosef adalah membuat supaya Kasih Allah semakin dikenal dan dirasakan oleh sebanyak mungkin orang. Dengan teladan pelindung, umat katolik Mejasem ditantang untuk rela dan berani menjalankan tugas pokok perutusan kita dalam peran yang berbeda tapi menuju visi paroki yang sama.
c. Peka Terhadap Kehendak Allah
Ketika diketahui bahwa Maria mengandung, SantoYosef sempat meragukan kesetiaan Maria. Namun kelembutan hatinya senantiasa membuat terbuka terhadap bisikan Allah. Malaikat Tuhan menampakkan diri dalam mimpi dan menjelaskan bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus. Malaikat memintanya untuk mengambil Maria sebagai isterinya dan Yesus sebagai Puteranya. SantoYosef melakukan segala perintah malaikat.
Keterbukaan SantoYosef pada kehendak Allah didasarkan pada imannya yang hidup. Ada suatu kepercayaan dan kepasrahan pada rencana terindah Allah dalam dirinya. Teladan Santo Josef bagi umat katolik Mejasem adalah kesadaran akan pentingnya membangun relasi yang personal dengan Allah. Proses pembentukan tersebut diupayakan dan dipupuk melalui hidup doa. Baik doa pribadi maupun doa bersama di wilayah dan di gereja.
Doa merupakan sarana tepat untuk berjumpa dengan Tuhan. Dalam doa kita berjumpa dengan Tuhan, makin mengenal Tuhan, dan mengetahui kehendak Tuhan atas diri kita. Melalui teladan Yosef, umat katolik Mejasem diingatkan bahwa sebelum bersaksi kepada sesama, lebih dahulu harus merasakan kehangatan Kasih Allah dalam diri kita.
Sosok Yosef bukanlah sekedar tempelan bagi keseluruhan Sejarah Keselamatan Allah. Tuhan tidak akan salah pilih menentukan Yosef menjadi suami Maria, yang kelak akan dipersatukan dengan Yesus dalam ikatan rohani. Yosef merupakan bagian penting dalam keseluruhan proyek besar rencana keselamatan Allah bagi manusia. Umat katolik Mejasem yang berlindung pada santo Yosef percaya bahwa sebagaimana perhatian yang diberikannya kepada Yesus dan Maria, kita pun akan mengalami hal demikian.
“Oleh Santo Yosef kita dihantar langsung kepada Maria, dan oleh Maria
kepada sumber dari segala kekudusan, Yesus Kristus, yang menguduskan kebajikan keluarga melalui ketaatanNya kepada Santo Yosef dan Bunda Maria.”
(Paus Benedictus XV)
It grows better and better day by day, My it also be meaningful to the readers
BalasHapus