Minggu, 24 Oktober 2010

" Be Called to be Holy " Terpanggil untuk menjadi Suci

Rekoleksi Bagi calon Dewan Pastoral Paroki St Yosef periode 2010 - 2013
oleh Rm Agt Handoko MSC

Hari Jum'at, 22 Oktober 2010 yang lalu, bertempat di Aula Gereja St Yosef Mejasem, diselenggarakan Rekoleksi Bagi calon Dewan Pastoral Paroki St Yosef periode 2010 - 2013, yang dipimpin oleh Romo Agustinus Handoko MSC. Judul atau tema yang diusung dalam rekoleksi ini adalah " Be called to be Holy " ( Terpanggil untuk menjadi Suci ).Bila mendenganr judul ini, dan diterima secara mentah - mentah, bahwa panggilan Suci itu berarti : harus rajin berdo'a, misa pagi setiap hari, rosario, dll, maka secara otomatis banyak yang akan mundur dari keanggotaan DPP. Namun secara gamblang Romo Handoko mengatakan bahwa panggilan untuk hidup " Suci " disini adalah ; kita semua anggota DPP, dan orang Khatolik pada umumnya terpanggil untuk mewartakan kabar sukacita bagi sesama, seperti halnya Kristus datang kedunia untuk menyampaikan kabar sukacita, kabar baik, kabar keselamatan bagi semua manusia. Oleh karena itu anggota DPP yang sudah dipilih ini terpanggil untuk hidup Suci, menyampaikan kabar sukacita, memberikan kenyamanan bagi warga gereja, peduli, care dengan sesama, perhatian bagi sesama. Sebagai refleksi, anggota Dewan Pastoral Paroki sebaiknya harus meneliti diri sendiri dulu, sejauh mana kehidupanku, kepedulianku thd keluarga, bila aku "OK" secara otomatis juga "OK" bila menjadi anggota DPP.Dalam kesempatan itu Romo Handoko membuka dengan tayangan pendek clip video " The man of Honor ", Ada 3 karakter dalam film tersebut,Kapten Hank, yang terpaku pada aturan - aturan dan norma yang harus diterapkan, Leslie, sang komandan yang peduli, penyemangat kpd anak buahnya agar terus berjuang memperoleh kehormatan kembali, dan Brewsher, penyelam angkatan laut yang harus berjuang mendapatkan kehormatannya kembali meskipun dia telah kehilangan satu kakinya. Karakter- karakter seperti ini yang selalu akan muncul dalam tugas kita sebagai anggota DPP, ada yang senang memerintah dengan berdasarkan aturan dan norma, ada yang dengan tanpa pamrih bekerja keras demi sesama, ada pula yang bisa menyemangati bilamana anggotanya stress, putus asa, Kesimpulan dari tayangan ini adalah : " Orang sukses selalu kelebihan 1 cara, orang gagal selalu kelebihan 1 dosa ".Oleh karena itu sebagai anggota DPP, kita harus biasa menunjukkan bahwa kita adalah " the images of Hod ", citra Allah, sehingga wajah Allah nyata dalam kehidupan kita. Untuk itu sebagai anggota DPP kita hendaknya meneladan Yesus sebagai 'sang model'dalam gaya kepemimpinannya dengan 7 gaya :
1. Keutamaan dalam hidup keseharian, Teladan dan kesaksian hidup.
Ini menggambarkan bahwa antara kata dan perbuatan harus seimbang,
sejalan,jangan ' Jarkoni '
2. Penghargaan kepada setiap pribadi, terutama yang tidak
mampu,marginal,penghargaan bisa melampui batas kemampuannya, memperhitungkan
orang, memberi kesempatan. " Availability, not ability " Dalam pelayanannya Yesus
memanggil ke 12 rasul, dalam memilih para rasulNya Yesus lebih mementingkan
kesdiaannya bukan kemampuannya. ( Bila kita merasa tidak mampu namun dengan
rendah hati menerima tugas panggilan ini, Tuhan pasti akan menambahkan kemampuan
kepada kita, " Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu "
3. Rela Berkurban .
" Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya
bagi sahabat - sahabatnya "
4. Menghargai kerjasam tim ( team work )
Yesus mengutus ke 12 rasul untuk bekerjasama dalam karya keselamatanNya.
5. Memiliki Visi Misi yang jelas, terfokus, dan mempunyai motivasi yang jelas pula.
6. Kemampuan beradaptasi .
Bisa menyelami dan masuk ke semua lapisan masyarakat, bagaikan "Bunglon Sejati",
masuk ke kalangan,kelompok,tertentu namun tidak kehilangan jati diri sendiri"
Untuk menyelamatkan manusia Yesus turun menjadi manusia, tanpa kehilangan ke
AllahanNya. Seperti halnya iar akan menyesuaikan dimana dia berada, mencari
tempat yang lebih rendah, sikap rendah hati inilah yang kita teladani.
7. Mendekati setiap pribadi dengan 'hatiNya', sikap " nguwongke wong " yang menjadi
"spiritualitas hati", Kembalilah ke hatimu dan temukan Tuhan disana ...(st
Agustinus)
Acara yang begitu menggugah semangat dan penuh isi ini diakhiri dengan doa meditasi Mohon 9 buah - buah roh ( inspirasi dari Rm. Suhartomo SJ ).
Renungkan dan bayangkan rumah kita sendiri :
1. Pagar rumah kita letakkan kata Kasih...
Ya Tuhan Biarlah kasih menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari ini.
2. Taman bunga di halaman rumah kita letakkan kata Suka Cita
Ya Tuhan Biarlah Suka Cita menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari ini.
3. Pintu rumah, kita letakkan kata Damai Sejahtera.
Ya Tuhan Biarlah Damai Sejahtera menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari
ini.
4. Ruang Tamu, kita letakkan kata Kesabaran
Ya Tuhan Biarlah kesabaran menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari ini.
5. Ruang Keluarga, kita letakkan kata Kemurahan Hati
Ya Tuhan Biarlah kemurahan hati menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari
ini.
6. Kamar mandi/WC, kita letakkan kata Kebaikan.
Ya Tuhan Biarlah Kebaikan menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari ini.
7. Kamar Tidur kita letakkan kata Kesetiaan
Ya Tuhan Biarlah Kesetiaan menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku hari ini.
8. Dapur kita letakkan kata Kelemah lembutan
Ya Tuhan Biarlah Kelemah lembutan menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku
hari ini.
9. Garasi kita letakkan kata Pengendalian diri
Ya Tuhan Biarlah Pengendalian diri menjadi bagian dari hidupku dan keluargaku
hari ini.
Harapan :
Semoga menjadi anggota DPP yang bisa ngayomi, memberi kabar sukacita bagi jemaat gereja semua.

Rabu, 20 Oktober 2010

TOKOH SOSIAL ITU TELAH TIADA




John Landjar, 66 tahun, begitu orang Tegal umumnya, dan orang Katholik di Tegal khususnya mengenal dia. Seorang tokoh Khatolik yang begitu sosial dan mengabdikan dirinya untuk melayani sesama sesuai dengan profesinya sebagai Manteri Kesehatan, telah menghadap Bapa Di Surga, pada hari Kamis 14 Oktober 2010, setelah menderita sakit dan keluar masuk rumah sakit. Pak Landjar yang harus single fighter, setelah ± 10 tahun yang lalu ditinggalkan oleh ibu Landjar, begitu aktif dan semangat dalam hidup menggereja, dan di masyarakat. Bagaimana tidak ? orang sedesa pengabean bahkan dari karanganyar, bahkan desa – desa sekitar mengenal sosok Pak Landjar yang manteri sosial, karena siapapun yang berobat ke beliau, bayar sepunyanya, bahkan gratis bila memang tidak punya uang, bahkan beliau dengan ringannya bersedia datang kerumah warga/ masyarakat yang membutuhkan dia kapan saja.Selama beberapa periode beliau selalu menjadi Ketua Wilayah St Yohanes, yang tentu saja disukai dan dicintai warganya. Memang semangat hidup dan menggerejanya begitu besar, namun Tuhan berkehendak lain, Pak landjar harus meninggalkan semuanya, keluarganya, profesinya sebagai manteri kesehatan untuk menghadap Bapa di Surga. Banyak warga yang melayat di rumah duka sejak malam hari ketika jenasah disemayamkan. Malam itu tirakatan mendoakan jenazah Pak Lanjar dipimpin oleh Bpk Pro Diakon G Supriyono. Esoknya sekitar pukul 12 siang, misa Requiem dipimpin oleh Romo Ary Setiawan. Upacara pemakaman di Kerkof dipimpin oleh Bpk. L Sarno . “ Akulah kebangkitan dan hidup, yang percaya padaKu akan hidup, dan tak akan mati selamanya ....”.
Selamat jalan Bapak Lanjar, doa kami mengiringi perjalanan Bapak menuju ke rumah Bapa “

Rabu, 06 Oktober 2010

Rahmat dan Tugas Perutusan Bersama Bp. Uskup



Sebagai ungkapan syukur karena telah berkenan menerima sakramen Krisma dari Uskup Mgr. Julianus Sunarko, umat mengadakan resepsi sederhana di Joglo St Yosef. Hadir dalam acara itu Bapak uskup sendiri,seluruh krismawan, krismawati dengan keluarganya,para sesepuh gereja, dewan pastoral, romo paroki St. Yosef Rm Florianus Miranto MSC,dan tamu undangan lainnya. Hadir juga dalam acara tersebut, kelompok Kroncong jalanan yang sengaja dihadirkan sebagai wujud kepedulian gereja terhadap kaum marginal. Dalam sambutannya bapak Uskup sungguh berbahagia bisa bertemu dengan umat Mejasem, terlebih lagi dengan kelompok Pengamen yang dengan kerja kerasnya bekerja menjual suara, yang menurut Bapak Uskup harus selalu syukur Alkhamdullilah (terima kasih atas kebaikan Tuhan ) bila orang mengulurkan tangan dan memberi rejeki, sekiranya ada yang tidak meberi ucapka Astaqfirullah yang berarti "Tuhan ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan". dalam sambutannya Romo Miranto mengatakan bahwa untuk menuju kepenuhan penerimaan Sakramen Krisma ini, para Krismawan dan Krismawati telah melalui beberapa tahap :
1. Persiapan dengan mengikuti pendampingan Krisma oleh para pendamping.
dalam hal ini para pendamping berkumpul untuk menentukan sendiri materi, tata
waktu, dan siapa pendampingnya.
2. Penerimaan sakramen Tobat
3. Latihan pelaksanaan upacara Krisma
Implikasi dari penerimaan Krisma ini adalah : Roh Kudus yang tercurah dalam hati mereka memberi rahmat dan tugas perutusan sebagai Saksi Kristus.

Yang menarik dalam peristiwa ini adalah: bapa Uskup ikut menyanyi " Bengawan Solo Bersama Group Keroncong ini "

" ...seperti halnya air bengawan solo yang mengalir berliku - liku dengan berbagai tantangan, ... akhirnya sampai pada tujuannya ..Laut, begitu juga hidup pejiarahan kita di dunia yang berliku - liku, menghadapi berbagai tantangan, dengan pertolongan kekuatan roh Kudus , kita akan sampai juga kepada tujuan kita, ... Rumah Bapa "

Selasa, 05 Oktober 2010

Misa Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja St. Yosef Mejasem Minggu, 3 Oktober 2010






" Singkirkanlah penghalang sabdaMu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami dijalanMu "

Hari Minggu, 3 Oktober 2010 yang baru lalu barangkali merupakan tonggak sejarah dan momentum bagi Paroki St Yosef Mejasem. Pasalnya, bagi Paroki muda yang tanggal 20 Oktober Yang akan datang baru berusia 3 tahun, telah terjadi peristiwa besar, kehadiran Uskup Purwokerto Mgr Julianus Sunarko SJ yang menerimakan Sakramen krisma untuk 53 krismawan dan krismawati di Paroki ini.Ke 53 Krismawan dan Krismawati ini terdiri dari remaja dan dewasa. Paduan Suara Laudate Domino melantunkan lagu pembuka " hai Umat berhimpun" untuk mengiringi rombongan petugas misa memasuki gereja. Misa kali ini dipimpin oleh Mgr Julianus Sunarko SJ, dengan romo selebran Rm Miranto dan Rm Raymond. Dalam kotbahnya, bapak uskup membuka dengan pakaian Imam dan nuansa pada pagi itu yang serba 'merah' yang melambangkan api yang berkobar, roh kudus yang membakar hati, memberi semangat. Roh bagaikan angin yang selalu peka, akan mengisi dan hadir dimana ada kekosongan, salah satunya adalah kepekaan, sehingga untuk menerima Roh Kudus, kita harus peka, tidak lalai dan selalu berjaga - jaga. Waspada dengan selalu olah bathin dan pemeriksaan bathin. Dengan Sakramen Krisma, kita menjadi semakin dewasa, peka dan waspada. Dalam kesempatan ini Bapak uskup juga mengingatkan umat agar selalu mengingat,mencamkan, meresapkan dan melaksanakan 10 perintah Tuhan dan 5 perintah gereja. Proficiat kepada semua Krismawan dan Krismawati.

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." ( Lukas 17:6 )

Misa Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja St. Yosef Mejasem

Sabtu, 18 September 2010

Bulan Kitab Suci Nasional di Paroki St Yosef Mejasem




Misa Minggu tanggal 5 September yang lalu, secara resmi dibuka Bulan Kitab Suci Nasional di Paroki St Yosef Mejasem. Misa diawali dengan perarakan Kitab Suci, pemberkatan, pendupaan, dan penempatan Kitab Suci tersebut di samping mimbar utama. Tema pokok BKSN tahun 2010 ini adalah : ” Memperkenalkan Kitab Suci kepada anak sejak usia dini ”. Dalam Kotbahnya Romo Miranto mengawali dengan keprihatinan keluarga mengenai nasib anak – anak kita yang mau bersekolah di sekolah negeri yang terganjal karena tidak memiliki sertifikat UBTQ ( di SMP Negeri anak yang bisa menunjukkan sertifikat UBTQ, mendapat bonus 2 ) sehingga anak – anak katolik yang mau mendaftar di sekolah negeri banyak yang tergeser karena hal ini. Banyak umat yang akhirnya berfikir dan punya keinginan seandainya gereja juga bisa mengeluarkan semacam sertifikat seperti itu sehingga mempunyai bonus 2. Namun Romo mengingatkan bahwa kalau kita terus menerus mempermasalahkan ” sertifikat” akhirnya kita akan masuk kelubang yang sama yaitu ” Formalisme Agama ”. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana kita, anak – anak kita tidak hafal isi kitab suci, dan fasih menjabarkannya, namun lebih dari itu bagaimana Kitab Suci itu hidup dalam diri kita, untuk anak – anak kita bahkan sejak dini. Jadi bukannya kuantitas yang ditekankan tetapi kualitas. Dalam injil Lukas 14: 25 – 35, kita belajar bahwa untuk menjadi murid Kristus :
1. Kasih kepada Tuhan harus diwujudkan dalam tindakan nyata kepada : orangtua kita, sahabat – sahabat kita, kerabat, bahkan mengasihi juga musuh – musuh kita.
2. Memikul salib dan mengikuti Yesus. Bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari ? mungkin kita akan dibenci karena bertindak jujur, kita harus bisa meninggalkan kesenangan – kesenangan kita, untuk mengikuti kegiatan lain mis : kegiatan wilayah, gereja, dll.
3. Duduk, diam memperhitungkan segala sesuatunya dengan seksama untuk mengambil keputusan yang bijaksana.

Lukas 14: 25 – 35
14:25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
14:26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang
membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Dalam pelaksanaannya Bulan Kitab Suci akan dilanjutkan diwilayah – wilayah dengan pendalaman iman dipimpin oleh pemandu yang telah mendpatkan sosialisasi di Aula Gereja St Yosef Mejasem.
Bulan Kitab Suci Nasional telah diundangkan dalam Konstitusi Dogmatis “DEI VERBUM” ttg WAHYU ILLAHI, di Roma, 18 November ‘65
Gereja di Indonesia, melalui MA-WI/KWI, mulai September 1977 menyambut dg suatu gerakkan: Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dimana Setiap tahunnya LBI menetapkan Tema BKSN.
TUJUAN BKSN adalah :Semakin “mendekatkan Kitab Suci dengan umat, dan umat dengan Kitab Suci.” atau utk “mengumatkan Kitab Suci, dan meng-Kitab Suci-kan umat.”
Kitab Suci Bagi Kehidupan Gereja adalah sebagai Sarana “perjumpaan dengan Allah,” sebagai “pedoman kehidupan beriman yang jitu” (DV. 21), dan “pusat kehidupan Gereja” (DV. 26).
Ada 4 tema yang akan digeluti umat di wilayah – wilayah di Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini :
1. Memperkenalkan Kitab Suci Kepada Anak
2. Mengajarkan Kitab Suci kepada anak sejak usia dini
3. Kesediaan orangtua mendidik anak
4. Meneladan Yesus yang cinta dan peduli pada anak.

“ Selamat ber BKSN “
“Dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci
yang memberi hikmat
dan menuntun kepada keselamatan”
(2 Tim 3:15)

Senin, 23 Agustus 2010

R.I.P Romo Slamet Lasmunadi Pr.


“ Selamat Jalan menghadap Bapa di Surga, dengan membawa tanda kemenangan Kristus, Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus “

Hari Jum’at, 13 Agustus 2010, Keuskupan Purwokerto dikejutkan dengan berita meninggalnya salah satu Romo Diosesannya, Rm B Slamet Lasmunadi Pr. Sungguh menegejutkan dan seolah tidak percaya, karena Romo Slamet yang masih begitu muda dan baru semangat – semangatnya berkarya di Keuskupan Purwokerto ini harus segera pergi menghadap Bapa. Romo Slamet yang pada tanggal 18 Juli 2001 bersama ketiga romo lainnya : Rm Martinus Ngarlan Pr, Rm Ferdinandus Agus Pramono Adji Pr dan Rm Johanes Arijadi Susapta Wijaya MSC, ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Julianus Sunarka SJ di gere katedral Kristus Raja Purwokerto ini telah meninggalkan kita selama – lamanya . Romo Slamet terakhir diserahi tugas Bapak Uskup sebagai tim Kataketik di Keuskupan Purwokerto. Selama ini beliau pulalah yang selalu muncul dalam tim perencanaan buku panduan pekan suci maupun adven, beliau ini pulalah yang juga sempat menjadi dosen para frater di TORSA Tegal. Misa Requiem di laksanakan pada hari Senin tanggal 16 Agustus 2010 di Gereja Katedral Kristus Raja, Purwokerto, selanjutnya dimakamkan di Komplek Gua Maria Kaliori.

Bersamaan dengan Berpulangnya Romo Slamet, bersama itu pula, 2 orang dari paroki Santo Yosef juga menghadap Bapa. Bapak Martinus Suwardi, yang lebih dari separo hidupnya digunakan untuk kepentingan sesama, mengabdi kepada sesama telah berpulang kepada Bapa, kemudian disusul oleh Bpk. Ign Widayat, wilayah St Gabriel, yang aktif dalam memajukan kelompok Kor di Wilayah Gariel ini meninggalkan 3 orang anak dan satu istri ini meninggal dalam usia 60 tahun karena strok. Kita berdoa agar semuanya mendapat kedamaian disisi Bapa di surga.

46:2 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
46:3 Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;
46:4 sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.( Mazmur 46:2-4)

Minggu, 22 Agustus 2010

Pedoman

PEDOMAN PELAKSANAAN

DEWAN PASTORAL PAROKI

SANTO YOSEF MEJASEM - TEGAL

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jalan Gereja No. 1, Mejasem Barat, Kramat, Tegal 52181

Telp. (fax) 0283 – 358626

VISI dan MISI

V I S I

Paroki Santo Yosef Mejasem adalah persekutuan umat beriman katolik,

yang mengedepankan persekutuan, kerukunan dan persaudaraan Kristiani,

sebagai landasan utama dalam membangun Kerajaan Allah

di tengah umat maupun masyarakat.

M I S I

1. Memelihara dan memperkuat iman umat.

2. Membangun persekutuan dan persaudaraan umat.

3. Membina generasi muda: anak, remaja dan kaum muda secara manusiawi dan Kristiani.

4. Memperhatikan dan memberdayakan kelompok marginal: keluarga miskin, tersingkir dan keluarga bermasalah.

5. Menjadikan keluarga tempat penyemaian dan menumbuh-kembangkan nilai-nilai luhur kemanusiaan berdasarkan ajaran Kristiani.

6. Melakukan dialog dan kerjasama dengan umat beriman lain, pemerintah dan masyarakat.

KATA PENGANTAR

Paroki Santo Yosef Mejasem merupakan bagian integral dari Keuskupan Purwokerto. Visi Keuskupan Purwokerto juga menjadi visi paroki Santo Yosef Mejasem. Dengan bimbingan Roh Kudus umat paroki Santo Yosef Mejasem sebagai persekutuan Umat Allah yang Misioner (Sinode Deosesan’90) berupaya semakin menegakkan Kerajaan Allah (Muspas KP’06). Namun sebagai paroki baru, kami juga masih berjuang semakin mewujudkan diri sebagai persekutuan murid-murid Kristus. Persatuan dan persaudaraan ini akan menjadi fokus kami membangun persekutuan baik dalam tubuh Dewan Pastoral Paroki maupun umat pada umumnya. Inilah modal dasar yang harus diperjuangkan untuk membangun paroki selanjutnya.

Prioritas kami adalah menghidupkan paguyuban umat beriman yang ditandai habitus baru. Hal ini akan digali dan dihayati mulai dari persekutuan hidup paling inti yakni keluarga. Keluarga adalah basis hidup umat beriman. Gereja dengan segala cita-cita luhur baru akan menjadi nyata dalam kehidupan keluarga. Namun demikian keluarga juga rentan terhadap aneka persoalan. Di sana terdapat pasutri, anak, remaja, kaum muda dan kaum lansia dengan pergumulan mereka masing-masing. Keluarga menjadi ajang pendidikan nilai-nilai kemanusiaan seraya menghindarkan kekerasan dalam keluarga.

Gereja katolik Santo Yosef Mejasem merupakan bagian dari masyarakat Indonesia pada umumnya. Kami hidup berdampingan dengan masyarakat dengan berbagai latar belakang dan keyakinan. Kami tidak bisa menutup mata terhadap kondisi dan persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini (GS’1). Maka kami sangat terbuka untuk kerja sama demi kebaikan bersama. Dalam kancah kemasyarakatan, Gereja tertantang untuk bekerjasama dengan semua pihak yang berkehendak baik memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan teristimewa dalam diri sesama yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.

Upaya perwujudan persekutuan umat yang padu dan mandiri itu ditopang dalam berbagai kegiatan pelayanan dan kegembalaan di bidang koinonia, liturgi, kerigma dan diakonia. Segala upaya dan kegiatan itu kami dasarkan atas semangat Injil dan dalam bimbingan Roh Kudus. Karena apalah kekuatan kami tanpa campur tangan Allah. Kiranya Santo Yosef, teladan kesetiaan dan kerendah-hatian senantiasa mendoakan kami yang berlindung padanya.

Langkah dan Kegiatan seputar persiapan Mejasem ke arah paroki:

  • Penjaringan dan pengolahan data mulai Mei 2007. Dengan data ini gereja katolik Santo Yosef Mejasem akan mendefinisikan diri.
  • Membuat evaluasi untuk menentukan beberapa masalah sentral.
  • Dewan Inti berkumpul tiap Rabu malam membahas Pedoman Pelaksanaan Dewan Pastoral Paroki.
  • Berdasar data dan evaluasi, dengan pilihan sadar kami merumuskan masalah sentral, visi, misi dan program kegiatan.
  • Tentang pengurus Dewan Pastoral Paroki, disepakati tidak membuat pemilihan, tetapi memposisikan Dewan Pastoral Stasi yang ada ke struktur Dewan Pastoral Paroki sesuai Pedoman Dasar Dewan Pastoral Paroki Keuskupan Purwokerto.
  • Mengadakan pembekalan bagi Dewan Pleno dengan mendatangkan nara sumber: Sek-Jen Keuskupan Purwokerto (23 Sep’), Bendahara Keuskupan Purwokerto (29 Sept), ketua komisi PSE (2 Sept), pastor Mahasiswa sebagai Misiolog (6 Okt), dll.
  • Membuat kegiatan keakraban dalam rangka peresmian paroki: lomba olah raga, lomba menggambar tingkat ank-anak (2 Sep’07).
  • Melaksanakan ziarah ke kubur beberapa tokoh perintis gereja Mejasem di Kerkov Tegal, Cleret dan Slawi.
  • Kegiatan rohani persiapan paroki baru: novena persiapan hari jadi paroki (9 hari Jumat menjelang Hari Jadi Paroki).
  • Hari H: tanggal 20 Oktober 2007 misa uskup dalam rangka peresmian paroki santo Yosef Mejasem dan resepsi syukuran paroki baru.

POTRET GEREJA SANTO YOSEF MEJASEM

1. Sekilas awal mula munculnya gereja katolik Mejasem:

Tahun 1982 paroki Hati Kudus Yesus Tegal memiliki 12 wilayah rohani. Wilayah paling timur yang bersentuhan dengan Mejasem adalah wilayah VII (Santo Thomas). Ada beberapa umat wilayah ini tersebar di kompleks perumahan BTN dan Perumnas Mejasem. Seiring dengan perjalanan waktu, Mejasem berkembang bagaikan kota satelit yang menopang kota Tegal, karena Kota Tegal semakin kekurangan areal pemukiman. Banyak guru, pegawai, karyawan yang bekerja di Kota Tegal, bermukim di perumahan Mejasem.

Peluang ini dibaca oleh para pengembang, maka perumahan berbagai tipe dibangun di Mejasem. Mengingat jarak yang sangat dekat dengan Kota Tegal, Mejasem menjadi pilihan bagi banyak pihak. Hampir di setiap pemukiman baru terdapat warga katolik. Lama kelamaan umat wilayah VII dipandang sudah terlalu ‘kegemukan’. Demi efektivitas pelayanan pastoral dan pemberdayaan umat, maka wilayah tersebut perlu dimekarkan. Tahun 1983 di Mejasem dibentuk wilayah baru yang terpisah dari wilayah VII.

Maka muncul wilayah baru yaitu wilayah XIII (Santa Lucia). Inilah wilayah yang menjadi cikal bakal gereja katolik Mejasem. Yang menarik bahwa sejarah ini menjadi tanda bahwa angka “13” bukanlah angka sial. Waktu itu umat katolik di Mejasem berjumlah 13 kepala keluarga. Kebetulan dalam urutan wilayah paroki Hati Kudus Tegal, Mejasem menempati urutan terakhir, yaitu wilayah XIII. Pembentukan wilayah Mejasem terjadi pada tanggal 13 Januari 1983. Ketua wilayah XIII yang pertama kalinya yaitu Bapak Y. Husada.

Dalam perkembangan selanjutnya wilayah XIII semakin besar. Maka tanggal 14 April 1990 diadakan pertemuan wilayah untuk rencana pemekaran wilayah, yakni Wilayah XIII (Santa Lucia), wilayah XVI (Santo Michael) dan wilayah XIV (Santo Paulus). Wilayah Santa Lucia dengan ketua wilayah L. Sunaryo. Sedangkan wilayah Santo Michael di sebelah timur jalan Pala Raya dengan ketua B. Djupriarto. Wilayah Santo Paulus dengan ketua wilayah Bp. FX. Susilo.

Tahun 1992 dengan adanya gedung gereja Santo Yosep Mejasem, maka kegiatan menggereja di Mejasem semakin semarak. Hal ini terjadi berkat dukungan 3 wilayah seberang barat sungai Ketiwon (Yohanes, Thomas dan Antonius) yang “memadu jurus” dengan 3 wilayah Mejasem untuk membangun diri. Kemudahan akses ke gereja Mejasem terjadi dengan adanya jalan dan jembatan berkat kerjasama pihak pemerintah setempat dan Romo Paroki JH van de Pas MSC. Bisa disebut juga perjuangan bapak Kol. Y. Koesman dan kepala desa Mejasem Alimudin.

Wilayah Santa Lucia terbentang dari Jalan Pala Barat 3 ke utara sampai Dampyak dan bagian timur adalah dari Jalan Pala 21 membentang sampai Desa Padaharja, yang terletak di ujung timur Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal. Wilayah Santo Paulus meliputi bagian timur Jalan Pala 1 sampai dengan Jalan Pala 20 dan bagian barat meliputi Jalan Pala Barat 1 sampai dengan Jalan Pala Barat 2. Wilayah Santo Michael meliputi Perumnas Mejasem dan beberapa umat diaspora yang bermukim di Kecamatan Kramat, Kecamatan Tarub, Kecamatan Surodadi dan Kecamatan Warurejo.

Sejarah terus bergulir, karya Roh Allah benar-benar terjadi dan menyertai umat katolik Mejasem. Tahun 2005 jumlah umat di empat wilayah dipandang sudah terlalu besar, sehingga pelayanan pastoral dan pemberdayaan umat tidak lagi efektif. Untuk itu empat wilayah itu dimekarkan lagi. Wilayah Santo Thomas dimekarkan menjadi wilayah Santo Thomas dan wilayah Santo Agustinus. Wilayah Santa Lucia mekar menjadi wilayah Santa Lucia dan wilayah Santo Bernardus. Wilayah Santo Michael mekar menjadi wilayah Santo Michael dan wilayah Santo Gabriel. Wilayah Santo Paulus mekar menjadi wilayah Santo Paulus dan wilayah Santo Ignatius. Wilayah Santo Antonius dimekarkan menjadi wilayah Santo Antonius dan wilayah Santo Valentinus. Tetapi wilayah Santo Valentinus masuk wilayah paroki Hati Kudus Yesus Tegal. Dengan demikian stasi santo Yosef Mejasem kini telah terdapat sepuluh wilayah, yaitu Wilayah Santo Antonius, Santo Thomas, Santo Agustinus, Santo Yohanes, Santa Lucia, Santo Bernardus, Santo Paulus, Santo Ignatius, Santo Michael dan Santo Gabriel. Secara teritorial enam wilayah di Paroki Mejasem, yaitu wilayah Santa Lucia, Santo Bernardus, Santo Paulus, Santo Ignatius, Santo Michael dan Santo Gabriel, terletak dalam wilayah Kabupaten Tegal dengan ibukota di Slawi. Sedangkan empat wilayah, yaitu wilayah Santo Antonius, Santo Thomas, Santo Agustinus dan Santo Yohanes termasuk dalam wilayah Kotamadya Tegal.

Dengan kekuatan 10 wilayah inilah, gereja katolik Santo Yosef Mejasem memulai fase menjadi sebuah stasi dalam arti yang sebenarnya, persiapan menjadi paroki. Dewan stasi Mejasem dilantik oleh Mgr. Julianus Sunarka, SJ tanggal 4 Desember 2005. Di Mejasem mulai tinggal secara menetap P. John Tinggogoy, MSC. Keuangan sudah dicoba untuk dikelola secara mandiri. Masa uji coba itu berjalan hingga sekarang.

2. Catatan sejarah gedung gereja Santo Yosef Mejasem:

Secara spontan, umat mengerti sejarah Gereja Mejasem memang dalam arti gedung gerejanya. Ada arsip surat tulisan Romo J.H. van de Pas MSC menjelang peresmian gedung gereja. Antara lain menyebutkan data tahun 1987 telah dimulai Taman Kanak-Kanak di Pala Barat I, Mejasem dengan bantuan para suster PBHK. Untuk sementara waktu sekolah TK itu memanfaatkan rumah milik kepala desa Mejasem saat itu. Dalam perencanaan, TK itu nanti akan dikembangkan dengan Sekolah Dasar. Para suster SND Pekalongan telah bersedia menyelenggarakan kedua sekolah tersebut.

Sejarah gereja ‘joglo’ Mejasem berawal dari keinginan umat wilayah XIII, XV, XVI untuk mendirikan sebuah kapel. Aspirasi dari akar rumput ini direspon oleh Romo J.H. van de Pas MSC. Berbagai upaya dilakukan. Usaha pertama yang harus ditempuh adalah memperoleh sebidang tanah untuk lokasi pembangunan. Maka berkat kerjasama umat paroki Hati Kudus Yesus Tegal pada tahun 1986 berhasil dibeli tanah seluas 5.050 m2 terdiri dari 2 sertifikat terletak di pinggir sungai Ketiwon, sebelah selatan Pabrik Tekstil, PT Texin. Dalam waktu yang tidak lama juga berhasil membeli tanah disampingnya seluas 1.000 m2. Tanggal 1 Juli 1988 pondasi gedung aula dimulai. Tanggal 27 Juli 1990 dilaksanakan upacara peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja Santo Yosef Mejasem oleh Rm. Paiman MSC.

Paduan semangat berjuang, khususnya panitia pembangunan dan kepedulian donatur, akhirnya di tempat langganan banjir itu berhasil dibangun gereja Santo Yosef Mejasem. Dari sejarahnya, gereja santo Yosef Mejasem telah menjadi simbol kerjasama umat paroki Hati Kudus Yesus dan sikap simpatik pemerintah setempat. Karena dua hal itulah maka berbagai hambatan dan tantangan bisa diatasi.

Pada tanggal 25 Oktober 1992 gereja Santo Yosef Mejasem diresmikan oleh Bupati Tegal, Bp. Drs. Soetjipto dan diberkati oleh Bapa Uskup Purwokerto, Mgr. P.S. Hardjosoemarto MSC. Gereja ini sekaligus menjadi persembahan paroki Hati Kudus Yesus Tegal untuk Hari Jadi Paroki yang ke 65. Kini pada ulang tahun paroki Hati Kudus Yesus yang ke 80, gereja Santo Yosef Mejasem berusia 15 tahun. Dalam usia ini umat katolik Mejasem dianggap mampu berdiri sendiri menjadi paroki.

3. Wajah Gereja Katolik Santo Yosef Mejasem saat ini:

Setelah melihat sekilas sejarah gereja katolik Mejasem, maka pertanyaan pokok selanjutnya adalah “...kini, apa katamu tentang dirimu sendiri, hai Gereja Santo Yosef Mejasem?” Untuk menjawab hal ini kami telah berjuang untuk berbicara dari data konkrit di lapangan. Sejak Mei 2007 formulir pendataan umat disebarkan ke wilayah-wilayah. Akhir Juli, kami mulai menggodok data yang masuk. Kesulitan yang kami hadapi adalah pengisian formulir tidak lengkap. Oleh karena itu masih perlu penyempurnaan data selanjutnya. Walau demikian dengan data yang masuk kami telah bisa mengenali diri kami sebagai Gereja santo Yosef Mejasem.

Per 29 Agustus 2007, umat katolik Mejasem berjumlah 1.127 jiwa, 546 laki-laki dan 581 perempuan. Umat tersebar di 10 wilayah:

  1. wilayah Antonius: 103 jiwa L: 52 P: 51 KK: 29
  2. wilayah Agustinus: 137 jiwa L: 64 P: 73 KK: 35
  3. wilayah Thomas: 125 jiwa L: 57 P: 68 KK: 35
  4. wilayah Yohanes: 122 jiwa L: 64 P: 58 KK: 39
  5. wilayah Lusia: 135 jiwa L: 66 P: 69 KK: 34
  6. wilayah Bernardus: 139 jiwa L: 67 P: 72 KK: 38
  7. wilayah Paulus: 95 jiwa L: 50 P: 45 KK: 30
  8. wilayah Ignatius: 92 jiwa L: 46 P: 46 KK: 29
  9. wilayah Gabriel: 83 jiwa L: 37 P: 46 KK: 19
  10. wilayah Michael: 96 jiwa L: 43 P: 53 KK: 25

Dari data lapangan dan situasi kondisi umat katolik Mejasem maka bisa ditarik beberapa persoalan sentral yang akan menjadi perhatian bagi kinerja segenap Dewan Pastoral Paroki dalam menata diri ke masa depan.

1). Gereja katolik Mejasem di pinggiran kota:

Dari 10 wilayah Mejasem, 6 wilayah secara pemerintahan termasuk wilayah Kabupaten Tegal dan 4 wilayah berada di wilayah kotamadya Tegal. Kondisi kombinasi kota dan desa ini pasti juga akan membawa konsekuensi. Misalnya dalam urusan pencatatan nikah, kami harus berurusan dengan 2 instansi yang berbeda.

Posisi abu-abu ini membawa kesulitan tersendiri. Mejasem bukan kota dan bukan desa. Budaya dan gaya hidup pinggiran kota juga melekat dalam kehidupan warga umat Mejasem. Pengaruh mode dan gaya hidup tidak bisa dilawan. Konsekuensinya tuntutan biaya gaya hidup menjadi persoalan khusus. Bagi keluarga yang ekonominya memadai tidak terlalu jadi persoalan. Tapi bagi yang pas-pasan akan sangat berpengaruh. Dalam hal ini yang paling rentan berhadapan dengan budaya demikian adalah kaum muda.

2). Gereja kaum pendatang:

Dengan membaca data yang terkumpul, sekitar 90% umat Mejasem adalah kaum pendatang. Warga asli kelahiran Tegal kebanyakan adalah warga Tionghoa. Penduduk asli Mejasem tidak ada yang katolik. Sehingga kelihatannya sentuhan budaya setempat tidak terasa di Mejasem. Kondisi demikian menjadikan Gereja serasa kurang mengakar di bumi Mejasem. Sebagian besar umat adalah kaum pendatang dari daerah ‘Wetanan’ (Semarang, Magelang, Jogyakarta, Klaten dll). Sebagian lain datang dari Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi. Resiko paling nyata adalah pada saat musim mudik, kegiatan menggereja akan terganggu.

Kondisi ini juga menuntut konsekuensi tersendiri. Sadar akan diri sebagai pendatang maka harus lebih banyak bersosialisasi. Karena dukungan dan pengakuan masyarakat setempat akan sangat berpengaruh dalam ketenangan dan kelancaran aktivitas hidup. Ini penting kalau Gereja Katolik tidak mau menjadi barang asing di tanah Mejasem.

3). Sumber Daya Manusia cukup:

Dari data pekerjaan dan pendidikan terekam bahwa dari antara 1127 jiwa umat katolik Mejasem, terdapat 134 sarjana, PNS 29 orang, pengusaha/wiraswasta 13 orang. Yang paling menonjol juga bahwa Mejasem kaya guru dan dosen, yakni 56 orang guru/dosen. Tentu hal ini akan mendatangkan rahmat tersendiri. Telah dirasakan bagaimana hal itu sangat menopang aneka kegiatan gereja Mejasem.

Maka tantangan di masa depan bagi Gereja Katolik Mejasem adalah bagaimana menghimpun, mem-berdaya-kan dan melibatkan SDM ini. Karena pengalaman membuktikan bahwa peluang ini juga bisa menjadi bumerang. Karena sering kali ada ungkapan skeptis: betapa sulitnya mengatur ‘orang pintar semua’. Yang jelas, potensi bagaimanapun besarnya kalau tidak digerakkan akan tinggal bagaikan talenta dalam tanah.

4). Peluang dan tanggungjawab:

Melihat data umur warga umat Mejasem menarik untuk diamati. Anak usia di bawah 20 tahun berjumlah 338 orang. Ini merupakan generasi penerus gereja katolik Mejasem. Cf. banyaknya barisan anak yang minta berkat saat misa. Tapi banyaknya anak muda bukan otomatisme bagi perkembangan Gereja. Pertanyaannya adalah akan menjadi apakah mereka nanti... Maka tantangan kita adalah bagaimana membentuk dan membina generasi muda ini.

Apalagi posisi Mejasem di pinggiran kota, terbuka bagi gerak perpindahan kaum muda. Setamat SLTA anak-anak biasanya pergi kuliah di luar kota (Jogyakarta, Solo, Semarang, Bandung, Jakarta). Bahkan ada yang sudah mengirimkan anak sekolah di luar kota sejak SLTA. Hanya pada saat liburan mereka datang di Mejasem. Praktis kesempatan keluarga mendampingi anak-anak secara intensif hanya terjadi dalam waktu relatif singkat. Yakni saat anak-anak usia prasekolah, SD, SLTP dan SLTA. Setelah itu anak-anak kita dilepaskan dengan harapan bisa mandiri. Tantangan kita adalah bagaimana mendampingi anak-anak secara serius.

5). Kaum marginal: keluarga miskin, keluarga bermasalah, kawin campur:

Dari keluarga demikian biasanya berpeluang muncul aneka persoalan: masalah moral, keluarga bubar, masalah kenakalan anak muda (dan orang tua), anak-anak terlantar pendidikan dan pendampingannya dll. Maka Gereja mempunyai tugas serius dalam hal ini. Apalagi kondisi demikian dijadikan peluang bagi kolompok lain untuk kepentingan mereka.

Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil menyebabkan banyak pengusaha terancam. Banyak perusahaan yang tersendat dan berakibat bagi para karyawan. Syukur kalau hanya menerima nasib ‘dirumahkan’, tapi tidak sedikit juga yang harus di-PHK. Oleh karena itu sangat disadari oleh Dewan Pastoral Paroki Mejasem bahwa karya kerasulan Sosial Ekonomi akan sangat ditantang dalam program kerja dan pelayanan konkritnya.

6). Paroki baru:

Hal yang satu ini tidak bisa dipungkiri. Sebagai paroki baru pasti dalam banyak hal masih harus belajar dan berbenah diri. Upaya paling utama adalah menjalin persekutuan umat yang kuat. Tapi di atas itu juga bagaimana mengupayakan persaudaraan sejati di kalangan umat. Memang disadari bahwa umat Mejasem relatif kecil. Tapi bukan hal sederhana juga untuk mengeratkan yang kecil ini. Sebaliknya bukan mustahil untuk menjadikan yang kecil di mata manusia ini menjadi besar di mata Allah.

Sebagai paroki baru, maka perlu kesadaran segenap warga umat Santo Yosef Mejasem untuk berbenah diri bersama. Oleh karena itu, visi pertama kami akan terfokus pada upaya untuk menghimpun dan menguatkan persekutuan umat beriman. Dan itu harus dimulai dari Dewan Pastoral Parokinya... Kerja keras kami adalah bagaimana menyiapkan perangkat dan sarana prasarana yang harus ada dalam sebuah paroki.

Peta Wilayah

Keterangan :
  • warna hijau menandai wilayah paroki Hati Kudus
  • masih ada umat Mejasem tersebar di Kemantran, Warureja dan Suradadi
  • umat di Kemantran masuk wil. Gabriel dan Suradadi-Warureja masuk wil. Bernardus.

SPIRITUALITAS SANTO YOSEF Pelindung Gereja Katolik Mejasem

Banyak orang kurang mengenal Santo Yosef karena amat sedikit tulisan tentang dia. Dalam Injil kita kesulitan mendapatkan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Santo Yosef jarang mendapatkan perhatian. Dialah seorang “tokoh besar tanpa suara” dari Perjanjian Baru. Namun di balik semua itu terdapat misteri besar atas segala yang dilakukan Santo besar ini sepanjang hidupnya.

a. Percaya Pada Kasih Allah

Matius menyebut Yosef sebagai seorang yang tulus hati. Ini tampak dalam sikap dan pergumulannya bersama Maria dan Yesus. Kita kekurangan ungkapan yang secara lebih baik menggambarkan bahwa ia hidup seturut ketentuan Allah, dengan melakukan segala perintah-Nya. Santo Yosef juga berhadapan dengan penyakit zaman yang menggerogoti masyarakat pada waktu itu, yakni egoisme, iri hati, dengki, materialisme dan gila jabatan. Hal ini tampak dalam perjuangannya di seputar kelahiran Yesus.

Penyakit-penyakit itulah yang selalu melingkupi Santo Yosef dan keluarganya. Berhadapan dengan semua ancaman itu, ia tetap percaya dan berpasrah pada kehendak Allah. Ia percaya akan setiap penampakan yang selalu datang dalam mimpi, merupakan satu bentuk Kasih Allah atas dirinya dan keluarganya. Kepercayaan akan Kasih Allah inilah yang senantiasa menuntunnya keluar dari berbagai marabahaya.

Keyakinan akan Kasih Allah itu pula kiranya menjadi spiritualitas dasar bagi umat paroki Santo Yosef Mejasem. Spiritualitas itulah yang hendaknya senantiasa melandasi setiap gerak langkah umat pada umumnya dan Dewan Pastoral Paroki pada khususnya. Ada keyakinan bahwa umat katolik Mejasem tidak berjuang sendirian, tapi selalu percaya akan campur tangan Allah. Sehingga dalam sukses tidak menjadikan sombong dan dalam kegagalan tidak cepat putus asa.

b. Setia Pada Tugas Perutusan

Santo Yosef setia menunaikan tugas kewajibannya. Dalam kesahajaan, ia menghidupi keluarga sebagai tukang kayu. Ia dengan setia dan tanpa ragu mentaati perintah Tuhan: mengambil Maria apa adanya sebagai istri, membawa keluarganya ke Mesir agar aman dari niat jahat Raja Herodes; sekembalinya dari pengungsian harus menyingkir ke Nazaret; membawa Puteranya ke Bait Allah untuk disunatkan dan dipersembahkan kepada Allah; dan menempuh perjalanan ke Yerusalem untuk ritus Paskah dan mencari Yesus yang hilang di Bait Allah.

Santo Yosef menerima panggilan – sebagai suami Maria dan ayah Yesus – dengan setia. Ia telah mempertaruhkan semuanya untuk yang terbaik bagi keluarganya. Meskipun ia bukanlah ayah Yesus secara fisik, namun di luar itu ia adalah seorang ayah dalam arti sepenuhnya. Sebagai seorang Yahudi yang baik, ia bertanggung-jawab atas pendidikan religius Putranya, termasuk mengajari-Nya membaca Kitab Suci. Santo Yosef pastilah seorang teladan yang baik hati dan gagah bagi Yesus. Kehormatan bagi Santo Yosef bahwa Allah Bapa telah mempercayakan PutraNya ke dalam pemeliharaannya.

Umat katolik Mejasem ingin meneladan Santo Yosef dalam tugas perutusan masing-masing. Semoga umat menyadari sepenuhnya tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan yakni mengusahakan semakin tegaknya Kerajaan Allah di dalam keluarga, wilayah, paroki dan masyarakat. Perjuangan kami yang berlindung pada Santo Yosef adalah membuat supaya Kasih Allah semakin dikenal dan dirasakan oleh sebanyak mungkin orang. Dengan teladan pelindung, umat katolik Mejasem ditantang untuk rela dan berani menjalankan tugas pokok perutusan kita dalam peran yang berbeda tapi menuju visi paroki yang sama.

c. Peka Terhadap Kehendak Allah

Ketika diketahui bahwa Maria mengandung, SantoYosef sempat meragukan kesetiaan Maria. Namun kelembutan hatinya senantiasa membuat terbuka terhadap bisikan Allah. Malaikat Tuhan menampakkan diri dalam mimpi dan menjelaskan bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus. Malaikat memintanya untuk mengambil Maria sebagai isterinya dan Yesus sebagai Puteranya. SantoYosef melakukan segala perintah malaikat.

Keterbukaan SantoYosef pada kehendak Allah didasarkan pada imannya yang hidup. Ada suatu kepercayaan dan kepasrahan pada rencana terindah Allah dalam dirinya. Teladan Santo Josef bagi umat katolik Mejasem adalah kesadaran akan pentingnya membangun relasi yang personal dengan Allah. Proses pembentukan tersebut diupayakan dan dipupuk melalui hidup doa. Baik doa pribadi maupun doa bersama di wilayah dan di gereja.

Doa merupakan sarana tepat untuk berjumpa dengan Tuhan. Dalam doa kita berjumpa dengan Tuhan, makin mengenal Tuhan, dan mengetahui kehendak Tuhan atas diri kita. Melalui teladan Yosef, umat katolik Mejasem diingatkan bahwa sebelum bersaksi kepada sesama, lebih dahulu harus merasakan kehangatan Kasih Allah dalam diri kita.

Sosok Yosef bukanlah sekedar tempelan bagi keseluruhan Sejarah Keselamatan Allah. Tuhan tidak akan salah pilih menentukan Yosef menjadi suami Maria, yang kelak akan dipersatukan dengan Yesus dalam ikatan rohani. Yosef merupakan bagian penting dalam keseluruhan proyek besar rencana keselamatan Allah bagi manusia. Umat katolik Mejasem yang berlindung pada santo Yosef percaya bahwa sebagaimana perhatian yang diberikannya kepada Yesus dan Maria, kita pun akan mengalami hal demikian.

“Oleh Santo Yosef kita dihantar langsung kepada Maria, dan oleh Maria

kepada sumber dari segala kekudusan, Yesus Kristus, yang menguduskan kebajikan keluarga melalui ketaatanNya kepada Santo Yosef dan Bunda Maria.”

(Paus Benedictus XV)