Rabu, 18 Agustus 2010

Misa Peringatan HUT RI ke 65 di Gereja St Yosef Mejsem



Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."( Mat 22 : 21 )

Tanggal 17 Agustus merupakan hari keramat bagi bangsa Indonesia, 65 tahun yang lalu para pendiri bangsa ini dengan keyakinan dan semgat membara tampil untuk "Memproklamirkan" Bangsa Indonesia dari penjajahan. Tentu saja kemerdekaan ini diraih bukan cuma - cuma, yang ada didepan mata tinggal dipetik layaknya mangga masak di pohon depan rumah kita, namun melalui liku - liku dan perjuangan panjang yang mengorbankan tidak hanya harta, namun juga nyawa. Denagn terbebasnya negara kita dari tangan penjajah, terbukalah mata dunia tentang eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Harapan para pejuang waktu itu dengan semboyan satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa agar Rakyat Indonesia semakin makmur dan sejahtera, menentukan nasib dan masa depannya sendiri. Kini waktu itu sudah berlalu, sudah 65 tahun kita merdeka, apakah harapan para pendahulu kita waktu itu sudah tercapai ? Apakah rakyat sudah mengenyam arti kemerdekaan yang sejati denagan hidup layak dan sejahtera ? Pertanyaan yang mengelitik dan perlu refleksi mendalam bagi kita yang hidup di alam 'kemerdekaan ini'. Kemerdekaan di era sekarang ini memberikan kesan 'merdeka semerdeka-merdekanya' termasuk merdeka dan bebas berbuat semaunya dengan penindasan, praktek money - politik, merdeka menggunakan kekuasaan dan jabatan untuk melakukan hal - hal yang bertentangan dengan norma - norma kemanusian. Kemerdekaan semacam ini yang memberi kejayaan bagi sekelompok orang, namun penderitaan bagi rakyat kebanyakan.
Pada tanggal 17 Agustus 2010 yang baru lalu, Gereja St Yosef mereyakan HUT RI ke 65 dengan misa kudus dipimpin langsung oleh Romo Florianus Miranto MSC. Dalam kotbahnya Romo Miranto menyampaikan bahwa Ulang Tahun Kemerdekaan kali ini memang dirasakan banyak keprihatinan yang harus dialami oleh bangsa kita disamping gemerlap dan keberhasilan yang dicapai dalam beberapa sektor. Oleh karena itu dalam memperingati HUT RI ke 65 ini Gereja Katolik diwakili para uskup melyangkan surat kepada Bapak Presiden SBY. Isi dari surat ini sealin pujian kepada Presiden terhadap keberhasilan pembangunan selama ini juga kritik dan saran kepada Presiden. Kritik dan saran ini berisi 3 keprihatinan yang dialami bangsa Indonesia selama ini :
1. Realitas bahwa lebih dari 40% rakyat Indonesia masih hidup jauh dari sejahtera, menurut kacamata rakyat kebanyakan'bahwa keberhasilan pembangunan selama ini hanya dirasakan oleh kelompok tertentu, belum menyentuh rakyat kecil' mereka tetap saja hidup susah dan menderita, tergusur, terpinggirkan, tercampakkan karena daerah/tempat mereka diperuntukkan proyek -proyek besar yang memojokkan mereka. Yang mereka harapkan adalah agar pemerintah memberdayakan rakyat kecil, bukan mencampakkannya
2. Bertambahnya sikap 'intoleransi' dalam masyarakat. Dalam hal ini kaum minoritas menjadi tidak tenang, hidup dalam kecemasan dalam menjalankan kehidupan beragamanya. Banyak pula kaum minoritas yang diancam agar melepaskan imannya. Pemaksaan kehendak dan aturan yang membakukan sesuatu menurut ajaran agama tertentu.
3. Korupsi yang merebak dalam setiap lini kehidupan dan birokrasi. Dalam hal ini para uskup mendukung sepenuhnya agar pemerintah yang dikomandoni Presiden SBY terus menindak aksi korupsi tanpa pandang bulu. Para Uskup juga mengingatkan bila 'Korupsi' dibiarkan terus terjadi, bagaikan Kanker yang akan menghancurkan bangsa Indonesia sendiri.
Sebagai refleksi, memang secara umur Indonesia sudah merdeka sejak 65 tahun yang lalu, namun sekarang ini kita masih tetap terjajah, justru oleh bangsa kita sendiri. Semoga hal ini menjadi permenungan juga bagi para pemimpin bangsa Indonesia terutama Presiden Susilo Bambang Yudhono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar